![]() |
| para santri saat upacara di lapangan pudakit timur |
kabarhatim.eu.org- Derasnya hujan yang mengguyur sejak pagi tak mampu memadamkan semangat ribuan santri di Kecamatan Lebak, Pulau Bawean. Lapangan Pudakit Timur justru berubah menjadi lautan semangat putih hijau saat sekitar 3.000 santri dari berbagai tingkatan mulai MI, MDU, MTs, SMP, SMA, SMK hingga MA berdiri tegak mengikuti Apel Hari Santri Nasional 2025 yang digelar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Lebak Bawean.
Dengan mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia,” acara yang sempat tertunda akibat hujan deras itu akhirnya berjalan lancar dan penuh khidmat. Santri-santri dari penjuru Lebak mulai Dekatagung hingga Bulunlanjang tetap bertahan di lapangan dengan wajah basah namun penuh senyum dan tekad.
“Hujan bukan halangan bagi santri. Justru ini bentuk jihad kecil kami untuk menunjukkan semangat cinta tanah air,” ujar salah satu peserta apel yang ditemui di lokasi dengan bendera NU di tangannya.
![]() |
| Momen santri saat pengibaran bendera merah putih |
Dalam amanatnya, Kiai Ruhan, Ketua MWCNU Lebak sekaligus inspektur upacara, menyampaikan pesan yang membakar semangat. Ia menegaskan bahwa kiyai dan santri adalah garda terdepan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
“Sejak abad ke-15, dari Sunan Gunung Jati hingga KH. Hasyim Asy’ari, kiai dan santri selalu menjadi benteng pertahanan bangsa. Bahkan melalui Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari memerintahkan santri dan umat Islam untuk mengusir penjajah. Itulah sebabnya Hari Santri kita peringati dengan kebanggaan luar biasa,” tegasnya di hadapan ribuan peserta.
Kiai Ruhan juga mengingatkan bahwa perjuangan santri hari ini tidak lagi mengangkat senjata, tetapi melawan “penjajah zaman modern” berupa kemiskinan, kebodohan, dan kemalasan.
“Sekarang kita harus berjuang melawan penjajahan dari dalam diri sendiri. Santri harus punya nilai, karakter, dan daya saing agar dihormati di mata bangsa dan dunia,” serunya disambut pekik takbir dan sorak semangat santri.
Setelah upacara resmi berakhir, suasana semakin meriah ketika dua santri MINU 22 Al-Falah Pudakit Timur, Akmal dan Ikmal, menampilkan pertunjukan seni pencak silat yang menegangkan sekaligus memukau. Keduanya merupakan juara berbagai lomba pencak silat tingkat daerah.
“Mereka bukan hanya hebat di bidang agama, tapi juga menguasai seni bela diri tradisional. Ini bukti santri serba bisa,” kata Buang Sari, guru MINU 22 Al-Falah dengan bangga. (Hsn)

